Foto Ilustrasi |
Oleh :
Hadiyanto
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) adalah proses penting
dalam demokrasi yang memungkinkan rakyat memilih pemimpin mereka secara
langsung. Namun, dalam praktiknya, Masyarakat harus diwaspadai: kejahatan
demokrasi yang dikemas dalam bentuk tirani. Hal ini bisa saja terjadi ketika
oknum pemimpin bermental tiran menggunakan kedok demokrasi untuk mencapai
kekuasaan, merusak prinsip-prinsip demokrasi sejati.
Membangun Peran Koalisi yang Sehat dalam Pilkada: Prinsip
dan Praktik
Koalisi politik adalah aliansi antara dua atau lebih partai
politik yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam konteks
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), koalisi memainkan peran penting dalam
membangun pemerintahan yang kuat dan stabil. Agar koalisi berfungsi dengan baik
dan mendukung demokrasi, beberapa prinsip fundamental harus dipegang teguh:
Transparansi Tujuan dan Agenda Setiap partai dalam koalisi
harus bersikap terbuka mengenai tujuan dan agenda mereka. Transparansi ini
penting untuk membangun kepercayaan dan kerjasama yang solid. Koalisi yang
didasarkan pada kebohongan atau penyembunyian informasi hanya akan merusak
fondasi kepercayaan yang diperlukan untuk kolaborasi yang efektif.
Kepentingan Publik di Atas Kepentingan Partai; Kebijakan
koalisi harus mengutamakan kepentingan publik di atas kepentingan sempit partai
atau individu. Ini penting untuk menjaga legitimasi dan kepercayaan masyarakat.
Ketika kebijakan publik diutamakan, masyarakat merasa dihargai dan didengarkan,
yang pada gilirannya memperkuat dukungan mereka terhadap koalisi.
Kesetaraan Antar Partai; Setiap partai dalam koalisi harus
dihormati dan diperlakukan setara. Tidak boleh ada dominasi satu partai atas
yang lain karena hal ini dapat menimbulkan ketegangan dan perpecahan.
Kesetaraan ini menciptakan lingkungan di mana semua partai merasa berkontribusi
secara adil dan memiliki suara yang sama dalam pengambilan keputusan.
Pembagian Kekuasaan yang Adil; Koalisi harus memastikan
pembagian kekuasaan yang adil untuk menghindari rasa ketidakadilan dan potensi
konflik. Pembagian kekuasaan yang seimbang memastikan bahwa semua pihak merasa
dilibatkan dan memiliki peran yang berarti dalam pemerintahan.
Kepatuhan terhadap Konstitusi dan Hukum; Semua tindakan
koalisi harus selaras dengan konstitusi dan hukum. Dengan menjunjung tinggi
etika dan kepatuhan terhadap aturan hukum, koalisi dapat bekerja secara efektif
dan berintegritas. Kepatuhan ini juga memastikan bahwa koalisi mendapat
kepercayaan dan dukungan dari masyarakat, karena mereka melihat adanya komitmen
terhadap prinsip-prinsip hukum dan etika.
Dengan memegang teguh prinsip-prinsip ini, koalisi dalam
Pilkada dapat berfungsi sebagai fondasi yang kuat untuk pemerintahan yang
stabil, efektif, dan terpercaya. Koalisi yang transparan, berorientasi pada
kepentingan publik, setara, adil, dan patuh hukum akan mampu membangun
pemerintahan yang tidak hanya kuat secara struktural tetapi juga kokoh dalam
hal legitimasi dan dukungan masyarakat.
Etika Politik dan Ancaman Tirani:
Etika politik sangat penting dalam menjalankan roda
pemerintahan. Koalisi yang sehat dan beretika akan mengedepankan kepentingan
umum di atas segalanya. Namun, ancaman nyata muncul ketika individu bermental
tiran memasuki ranah politik. Mereka seringkali hanya berpolitik demi meraup
keuntungan pribadi dan menggunakan cara-cara yang merusak demokrasi.
Pemimpin dengan mental tiran berpotensi besar mengubah
sistem demokrasi menjadi sistem tirani. Mereka menggunakan kedok demokrasi
untuk mendapatkan kepercayaan rakyat, namun di balik itu, mereka membangun
kekuasaan yang otoriter. Hal ini sangat berbahaya karena mereka bisa
menggunakan berbagai cara untuk memperoleh suara rakyat, termasuk manipulasi,
intimidasi, dan penyebaran informasi palsu.
Mewaspadai Kejahatan Demokrasi:
Untuk mencegah kejahatan demokrasi yang dikemas dalam
tirani, beberapa langkah perlu diambil:
Pendidikan Politik: Masyarakat harus diberikan pendidikan
politik yang baik agar mereka dapat memahami pentingnya demokrasi sejati dan
mengenali tanda-tanda tirani.
Transparansi dan Akuntabilitas: Setiap langkah dan kebijakan
pemerintah serta partai politik harus transparan dan akuntabel. Ini akan
mengurangi peluang bagi pemimpin bermental tiran untuk menyalahgunakan
kekuasaan.
Partisipasi Masyarakat: Masyarakat harus dilibatkan dalam
proses politik dan pemerintahan. Partisipasi aktif dari masyarakat akan menjadi
kontrol sosial yang efektif terhadap kekuasaan.
Penegakan Hukum yang Tegas: Hukum harus ditegakkan secara
tegas tanpa pandang bulu. Ini penting untuk memastikan bahwa tidak ada pemimpin
yang bisa berbuat semena-mena dan merusak demokrasi.
Kesimpulan
Koalisi dalam Pilkada harus dibangun dengan prinsip-prinsip
demokrasi yang kuat, mengutamakan kepentingan publik, dan menjunjung tinggi
etika politik. Masyarakat harus waspada terhadap pemimpin bermental tiran yang
menggunakan kedok demokrasi untuk mencapai kekuasaan. Dengan pendidikan politik
yang baik, transparansi, partisipasi masyarakat, dan penegakan hukum yang
tegas, kita bisa mencegah kejahatan demokrasi yang dikemas tirani dan menjaga
agar demokrasi sejati tetap hidup dan berkembang di Indonesia.
Edukasi untuk Masyarakat dalam Memilih Pemimpin di Pilkada
Pahami Visi dan Misi Calon: Masyarakat harus memperhatikan
visi dan misi setiap calon. Pilihlah calon yang memiliki program kerja yang
jelas dan realistis untuk kemajuan daerah.
Telusuri Rekam Jejak: Sebelum memilih, telusuri rekam jejak
calon. Lihat apakah calon tersebut memiliki sejarah yang bersih dari korupsi
dan penyalahgunaan wewenang.
Hindari Politik Uang: Jangan tergoda dengan politik uang.
Amplop berisi uang hanya memberikan keuntungan sesaat tetapi merugikan dalam
jangka panjang. Pilihlah berdasarkan kemampuan dan integritas calon, bukan
berdasarkan iming-iming uang.
Ikut Serta dalam Diskusi dan Debat Publik: Ikutilah diskusi
dan debat publik untuk mengetahui kemampuan calon dalam menyelesaikan masalah
dan memahami kebutuhan daerah.
Kritis terhadap Kampanye: Jadilah kritis terhadap kampanye
yang terlalu menjanjikan dan bombastis. Pertanyakan keabsahan janji-janji yang
terlalu muluk dan tidak realistis.
Penulis adalah jurnalis dan selaku koordinator liputan di media online www.eltvsatu.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar