ISIS-K juga terus berambisi untuk mendirikan kekhalifahan global, yang kontras dengan ambisi Taliban yang lebih berorientasi pada negara nasional. Konflik ideologis ini memastikan bahwa permusuhan antara kedua kelompok akan terus berlanjut. ISIS-K juga berupaya mengeksploitasi ketidakstabilan internal Afghanistan untuk memperluas strukturnya dan memobilisasi pendukung dari negara-negara tetangga (PISM, n.d.).
Selain itu, meskipun Taliban mengklaim telah mengendalikan ancaman ISIS-K, laporan-laporan tetap muncul mengenai serangan-serangan signifikan yang dilakukan oleh kelompok ini di Afghanistan, Pakistan, dan bahkan Iran dan Rusia (NCTC, 2025; FMSO, 2024). Ada juga kekhawatiran bahwa ketegangan Taliban dengan pemerintah Pakistan, yang memungkinkan kelompok anti-Pakistan seperti Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP) untuk beroperasi dari wilayah Afghanistan, secara tidak langsung juga memberikan kesempatan bagi ISIS-K untuk bergerak melintasi perbatasan dan menghindari deteksi Taliban (CSIS, n.d.).
Kesimpulan
Taliban telah menghadapi ISIS-K dengan pendekatan yang keras dan terarah, mencapai beberapa keberhasilan dalam menekan operasi mereka di dalam Afghanistan. Namun, konflik ideologis yang mendalam dan kemampuan adaptasi ISIS-K berarti ancaman ini masih jauh dari kata usai. Taliban, sebagai penguasa baru, harus terus menguji kemampuan kontraterorisme mereka dalam menghadapi musuh yang licin dan gigih, sambil menavigasi isolasi internasional yang membatasi akses mereka terhadap dukungan yang mungkin dibutuhkan untuk memberantas sepenuhnya ancaman ekstremisme ini.***
Oleh Aceng Syamsul Hadie,S.Sos.,MM.
Ketua Dewan Pembina DPP ASWIN (Asosiasi Wartawan Internasional).