ELTV SATU ||| JAKARTA – Setiap kali melewati depan toko modern seperti Alfamart atau Indomaret, sering kita temui pemandangan serupa — seseorang duduk diam di dekat pintu masuk, mangkuk kecil di tangan, berharap ada pengunjung yang berbelas kasih. Usianya tak lagi muda, tapi juga belum bisa disebut tua. Tubuhnya tampak sehat, seolah masih mampu bekerja.
Pertanyaan pun muncul di benak banyak orang: “Kenapa tidak bekerja saja? Bukankah masih kuat?”
Jawaban untuk pertanyaan itu tidak sesederhana yang terlihat. Sebagian dari mereka memang benar-benar hidup dalam keterpaksaan. Ada yang kehilangan pekerjaan dan sulit mencari pengganti karena usia sudah tak muda. Ada pula yang tidak memiliki keluarga, atau sedang berjuang melawan tekanan mental dan trauma hidup. Dalam situasi seperti itu, meminta sedekah bukan pilihan, melainkan upaya terakhir untuk bertahan hidup.
Namun, di sisi lain, tak bisa dipungkiri bahwa ada juga segelintir orang yang memang sengaja memilih cara ini karena malas bekerja atau sudah terbiasa hidup dari belas kasihan orang lain. Fenomena seperti ini sering menimbulkan perdebatan: sebagian merasa iba, sebagian lain merasa jengkel.
Fenomena pengemis di depan toko sesungguhnya menjadi cermin sosial yang memperlihatkan wajah nyata masyarakat kita. Di satu sisi, ia menunjukkan bahwa masih banyak orang yang terpinggirkan, tak tersentuh bantuan dan kesempatan kerja. Di sisi lain, ia menantang kita untuk berpikir tentang nilai-nilai kerja keras, tanggung jawab, dan harga diri.
