Scroll ke bawah
banner 325x300
banner 160x600
banner 160x600
Example 728x250
Kolom & Feature

Ketika Pikiran Mengembara Jiwa Butuh Pulang

39
×

Ketika Pikiran Mengembara Jiwa Butuh Pulang

Sebarkan artikel ini
Foto Ilustrasi
Example 728x250

ELTV SATU ||| JAKARTA – Di tengah kesibukan hidup yang serba cepat, ada saat-saat ketika jiwa terasa seperti berkelana tanpa tujuan. Pikiran berdiskusi sendiri, bercerita panjang lebar, bahkan berdebat tanpa henti. Rasanya seolah lupa siapa pemilik sebenarnya, hingga ingatan kecil pun mudah pudar dan momen kini terlewat begitu saja. Fenomena ini sering membuat tubuh lelah, hati cemas, dan fokus buyar.

Fenomena “pikiran yang mengembara” sebenarnya wajar. Otak manusia memang diciptakan untuk terus berpikir, menghubungkan pengalaman masa lalu, rencana masa depan, dan imajinasi. Namun ketika arusnya terlalu deras, kita bisa hanyut dan kehilangan kesadaran pada saat sekarang.

Pasang Iklan Disini Scroll ke Bawah
idth="300"
Scroll ke Bawah

Ada langkah sederhana yang bisa membantu: berhenti sejenak dan tarik napas dalam. Rasakan udara yang masuk dan keluar, lalu bisikkan pelan dalam hati, “Ini hanya pikiran. Tetap di sini.” Kalimat singkat ini bekerja seperti jangkar, mengingatkan bahwa pikiran hanyalah arus yang lewat. Jiwa adalah langit luas tempat arus itu bergerak—tetap tenang, tak tergoyah.

Baca Juga :  Sekali Terucap, Tak Bisa Ditarik: Jangan Main-main dengan Talak

Latihan kesadaran kecil ini bisa dilakukan di mana saja: di ruang kerja yang bising, di tengah perjalanan, atau sebelum tidur. Semakin sering dilakukan, semakin mudah kita mengenali kapan pikiran mulai berlari sendiri. Dari sana lahir ketenangan, kejernihan, dan ingatan yang lebih tajam.

Mengamati pikiran bukan berarti menolak berpikir, melainkan belajar menjadi saksi. Jiwa tetap utuh meski pikiran berkelana. Dengan menyadari perbedaan itu, kita dapat kembali ke momen sekarang, menikmati hidup dengan lebih ringan, dan menata kembali energi yang sempat tercecer.

Baca Juga :  Kemerdekaan Tanpa Keadilan: Sebuah Paradoks yang Harus Dihapus

Di dunia yang penuh distraksi, kehadiran penuh being present bukan kemewahan, melainkan kebutuhan. Saat kita mampu melihat pikiran hanya sebagai arus sementara, jiwa pun menemukan rumahnya: diam, damai, dan selalu ada di sini.


Example 728x250
banner 200x800
banner 728x90

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Example 728x250

Jangan Copy Paste Tanpa Izin