Jagung yang ditanam sejak Agustus lalu kini berusia dua bulan. Pola tanam juga mulai bervariasi, dari yang tadinya hanya padi, kini bisa digilir menjadi padi–jagung–padi. Hal ini dinilai lebih produktif, menyerap tenaga kerja, sekaligus menambah penghasilan warga.
Menariknya, panen nanti tidak lagi dilakukan manual. Para petani akan menggunakan mesin combine harvester yang langsung menghasilkan jagung pipilan. Dengan cara ini, biaya bisa lebih hemat dan hasil lebih cepat didistribusikan.
Hingga kini, sekitar Rp100 juta anggaran sudah terserap. Panen perdana diperkirakan bisa dilakukan tiga bulan sejak masa tanam. “Kami berharap program ini bukan hanya membantu ketahanan pangan, tapi juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Palimanan,” tutup Rojaya. (Syahril)