- Ngemplong – menyiapkan kain mori agar halus dan siap dibatik.
- Nglowong – menggambar motif dengan canting dan malam (lilin batik).
- Isen-isen – mengisi detail motif dengan titik atau garis halus.
- Nyolet – memberi warna pada bagian tertentu.
- Nembok – menutup bagian yang tidak ingin terkena warna.
- Ngelorod – merebus kain untuk menghilangkan malam, hingga motif terlihat jelas.
Keunikan batik Cirebon terletak pada warnanya yang cerah dan kontras. Warna merah, biru, hijau, dan kuning banyak digunakan, berbeda dengan batik Yogyakarta atau Solo yang cenderung menggunakan warna sogan (cokelat keemasan).
Pengaruh Kesultanan dalam Penyebaran Batik
Kesultanan Cirebon memiliki peran penting dalam menyebarkan batik ke berbagai lapisan masyarakat. Batik yang awalnya hanya digunakan di lingkungan keraton, kemudian menyebar ke kalangan rakyat.
Para abdi dalem dan pengrajin di sekitar keraton menjadi perantara berkembangnya batik. Mereka menyalin motif keraton dan memodifikasinya sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dari sinilah lahir dua kategori batik Cirebon:
- Batik Keraton, dengan motif sakral dan penuh simbolisme.
- Batik Pesisir, dengan motif lebih bebas, cerah, dan dipengaruhi budaya luar.
Batik Cirebon di Era Modern
Memasuki era globalisasi, batik Cirebon menghadapi tantangan sekaligus peluang. Tantangan muncul karena persaingan dengan batik dari daerah lain dan maraknya batik printing yang lebih murah. Namun, peluang terbuka lebar dengan meningkatnya apresiasi masyarakat dunia terhadap batik sebagai karya seni.
Banyak desainer kini mengadaptasi motif Megamendung dan Kesultanan dalam busana modern, baik pakaian formal, kasual, hingga dekorasi interior. Hal ini membuat batik Cirebon tetap relevan di mata generasi muda.
Pemerintah daerah Cirebon juga aktif menggelar Festival Batik Megamendung dan kegiatan promosi budaya lainnya untuk memperkenalkan batik Cirebon ke wisatawan domestik maupun mancanegara. Beberapa sentra batik, seperti di Trusmi, menjadi destinasi wisata belanja sekaligus edukasi batik.
Nilai Budaya dan Identitas Lokal
Lebih dari sekadar kain bermotif indah, batik Cirebon adalah identitas budaya masyarakat. Setiap guratan canting dan sapuan warna mengandung cerita sejarah, filosofi hidup, serta interaksi lintas budaya.
Motif Megamendung mengingatkan manusia agar senantiasa bersabar dan menyejukkan hati. Motif Kesultanan mengajarkan tentang kebijaksanaan, kekuatan, dan tanggung jawab pemimpin. Dengan demikian, batik Cirebon bukan hanya warisan estetik, tetapi juga media pendidikan moral.
Seni batik Cirebon, khususnya motif Megamendung dan Kesultanan, adalah bukti nyata kekayaan budaya Indonesia. Keindahannya lahir dari perpaduan sejarah panjang, interaksi lintas budaya, serta filosofi kehidupan yang mendalam. Hingga kini, batik Cirebon terus hidup dan berkembang, menjadi kebanggaan masyarakat Jawa Barat sekaligus aset budaya bangsa.
Menjaga dan melestarikan batik Cirebon bukan hanya kewajiban warga Cirebon, tetapi juga tanggung jawab bersama sebagai bangsa Indonesia. Dengan melestarikan batik, kita turut menjaga jati diri dan warisan budaya yang tak ternilai harganya. ***
Daftar Pustaka:
-
Susanto, Kusnadi. Batik: Klasik dan Modern. Jakarta: Gramedia, 1980.
-
Ekadjati, Edi S. Kebudayaan Sunda: Suatu Tinjauan Sejarah. Bandung: Pustaka Jaya, 1995.
-
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Warisan Budaya Takbenda Indonesia: Batik. wbtb.kemdikbud.go.id
-
UNESCO. Indonesian Batik. Intangible Cultural Heritage of Humanity. ich.unesco.org