Scroll ke bawah
banner 325x300
banner 160x600
banner 160x600
Example 728x250
DaerahNews

Pasar Induk Jagasatru Cirebon: Sejarah, Aktivitas, dan Kesetiaan Konsumen

79
×

Pasar Induk Jagasatru Cirebon: Sejarah, Aktivitas, dan Kesetiaan Konsumen

Sebarkan artikel ini
Pasar Jagasatru Tampak Dari Depan (Foto: Fajar ELTV Satu)
Example 728x250

ELTV SATU ||| CIREBON – Pasar Induk Jagasatru di Kota Cirebon bukan sekadar tempat jual beli, melainkan bagian penting dari kehidupan masyarakat lokal. Terletak di Kelurahan Jagasatru, Kecamatan Pekalipan, pasar ini memiliki sejarah panjang dan peran vital dalam perekonomian Cirebon.

Sejarah Pasar Jagasatru

Nama “Jagasatru” berasal dari bahasa Jawa, “jaga” yang berarti menjaga dan “satru” yang berarti musuh. Secara harfiah, Jagasatru berarti “tempat penjagaan dari musuh”, mencerminkan fungsi historis wilayah ini sebagai pos pertahanan pada masa Kerajaan Cirebon di bawah Pangeran Cakrabuana. Pasar ini dibangun pada 1977–1978 di atas lahan seluas 8.063 m², dengan luas bangunan 4.335 m², dan sejak saat itu berkembang menjadi pusat perdagangan utama yang melayani kebutuhan masyarakat dari berbagai daerah.

Pasang Iklan Disini Scroll ke Bawah
idth="300"
Scroll ke Bawah

Animo dan Aktivitas Pembeli

Pasar Jagasatru menawarkan berbagai kebutuhan pokok, mulai dari sayuran, buah-buahan, bumbu dapur, hingga sembako, dengan harga lebih terjangkau dibandingkan pasar modern. Pasar ini juga menjadi pusat distribusi bagi pasar-pasar lain di sekitar Cirebon, seperti Pasar Palimanan dan Plered.

Baca Juga :  Dandim Majalengka Hadiri Sindangwangi Bersholawat: Syukuran HUT ke-80 RI dan Peringatan Maulid Nabi

Meskipun begitu, beberapa pedagang mengakui adanya fluktuasi daya beli masyarakat, terutama menjelang bulan puasa, akibat faktor ekonomi yang mempengaruhi kemampuan konsumen dalam berbelanja.

Kisah Konsumen Setia

Salah satu konsumen setia Pasar Jagasatru adalah Ibu Yayah Rokaya, warga Desa Megu Gede, Kabupaten Cirebon. Hampir setiap minggu, ia datang ke pasar untuk berbelanja kebutuhan dapur rumah tangga.

“Saya biasanya ke sini seminggu sekali. Belanja banyak supaya bisa hemat dan stok bahan makanan di rumah cukup,” ujar Ibu Yayah Rokaya.
“Harga di sini lebih murah, apalagi kalau beli banyak. Bisa untuk seminggu, jadi nggak perlu sering-sering ke pasar,” tambahnya.

Kisah Ibu Yayah menggambarkan bagaimana pasar tradisional tetap menjadi pilihan masyarakat lokal karena harga terjangkau, kualitas barang memadai, dan kenyamanan berbelanja dalam jumlah banyak.

Example 728x250
banner 200x800
banner 728x90

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Example 728x250

Jangan Copy Paste Tanpa Izin