ELTV SATU ||| CIREBON – Pasar Induk Jagasatru di Kota Cirebon bukan sekadar tempat jual beli, melainkan bagian penting dari kehidupan masyarakat lokal. Terletak di Kelurahan Jagasatru, Kecamatan Pekalipan, pasar ini memiliki sejarah panjang dan peran vital dalam perekonomian Cirebon.
Sejarah Pasar Jagasatru
Nama “Jagasatru” berasal dari bahasa Jawa, “jaga” yang berarti menjaga dan “satru” yang berarti musuh. Secara harfiah, Jagasatru berarti “tempat penjagaan dari musuh”, mencerminkan fungsi historis wilayah ini sebagai pos pertahanan pada masa Kerajaan Cirebon di bawah Pangeran Cakrabuana. Pasar ini dibangun pada 1977–1978 di atas lahan seluas 8.063 m², dengan luas bangunan 4.335 m², dan sejak saat itu berkembang menjadi pusat perdagangan utama yang melayani kebutuhan masyarakat dari berbagai daerah.
Animo dan Aktivitas Pembeli
Pasar Jagasatru menawarkan berbagai kebutuhan pokok, mulai dari sayuran, buah-buahan, bumbu dapur, hingga sembako, dengan harga lebih terjangkau dibandingkan pasar modern. Pasar ini juga menjadi pusat distribusi bagi pasar-pasar lain di sekitar Cirebon, seperti Pasar Palimanan dan Plered.
Meskipun begitu, beberapa pedagang mengakui adanya fluktuasi daya beli masyarakat, terutama menjelang bulan puasa, akibat faktor ekonomi yang mempengaruhi kemampuan konsumen dalam berbelanja.
Kisah Konsumen Setia
Salah satu konsumen setia Pasar Jagasatru adalah Ibu Yayah Rokaya, warga Desa Megu Gede, Kabupaten Cirebon. Hampir setiap minggu, ia datang ke pasar untuk berbelanja kebutuhan dapur rumah tangga.
“Saya biasanya ke sini seminggu sekali. Belanja banyak supaya bisa hemat dan stok bahan makanan di rumah cukup,” ujar Ibu Yayah Rokaya.
“Harga di sini lebih murah, apalagi kalau beli banyak. Bisa untuk seminggu, jadi nggak perlu sering-sering ke pasar,” tambahnya.
Kisah Ibu Yayah menggambarkan bagaimana pasar tradisional tetap menjadi pilihan masyarakat lokal karena harga terjangkau, kualitas barang memadai, dan kenyamanan berbelanja dalam jumlah banyak.