Scroll ke bawah
banner 325x300
banner 160x600
banner 160x600
Example 728x250
Kolom & Feature

Pekerja Migran Perempuan dan Kesepian Batin. Antara Iman, Ilmu, dan Kesehatan

34
×

Pekerja Migran Perempuan dan Kesepian Batin. Antara Iman, Ilmu, dan Kesehatan

Sebarkan artikel ini
Foto Ilustrasi
Example 728x250

ELTV SATU ||| ARTIKEL – Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan jumlah pekerja migran terbesar di Asia. Keberangkatan mereka bukan sekadar mencari nafkah, tetapi juga menjadi tulang punggung ekonomi keluarga. Namun, di balik cerita sukses remitansi dan kerja keras, ada sisi kehidupan yang jarang dibicarakan: kesepian dan kebutuhan batin yang sering kali terabaikan.

Dimensi Agama: Kesabaran dan Kehormatan Diri

Dalam perspektif agama, hubungan antara suami-istri tidak hanya sekadar pemenuhan kebutuhan lahiriah, melainkan juga ketenangan jiwa. Al-Qur’an menyebutkan bahwa pasangan diciptakan sebagai sakinah, mawaddah, wa rahmah (ketenangan, kasih sayang, dan rahmat). Ketika jarak memisahkan pekerja migran dengan keluarganya, muncul ujian kesabaran yang tidak ringan.

Pasang Iklan Disini Scroll ke Bawah
idth="300"
Scroll ke Bawah

Ulama sering menekankan pentingnya menjaga kehormatan diri dan memperkuat spiritualitas di tengah keterbatasan. Ibadah, doa, serta komunikasi rutin dengan keluarga menjadi benteng moral untuk menghadapi kesepian biologis maupun emosional.

Baca Juga :  Sistem Perbankan Tidak Kebal Hukum. Jika Bertindak Melampaui Kewenangannya

Dimensi Akademis: Dampak Migrasi pada Keluarga

Kajian akademis menunjukkan bahwa migrasi internasional memberi dampak besar pada struktur keluarga. Hugo (2002) menyebutkan bahwa pemisahan jarak antara pekerja migran dengan keluarganya berpengaruh pada dinamika psikologis, baik bagi pekerja maupun anggota keluarga yang ditinggalkan.

Penelitian lain (Silvey, 2006) menegaskan bahwa pekerja migran perempuan rentan mengalami dilema emosional ketika berada jauh dari pasangan. Kesepian, kerinduan, hingga tekanan sosial kerap hadir sebagai konsekuensi dari kondisi tersebut.

Baca Juga :  Bolehkah Aparatur Desa Menjadi Pengurus Koperasi Merah Putih

Dimensi Kesehatan: Risiko Psikologis dan Fisik

Dari sudut pandang kesehatan, kesepian bukan sekadar perasaan, melainkan kondisi yang bisa berdampak pada tubuh. WHO mencatat bahwa migran berisiko lebih tinggi mengalami stres, depresi, hingga gangguan tidur. Kebutuhan biologis yang tidak terpenuhi dapat berujung pada tekanan mental, yang jika tidak dikelola dengan baik, berpotensi memicu masalah lain seperti perselingkuhan atau keretakan rumah tangga.

Baca Juga :  LSM Trinusa Jatim: Kawal Kebijakan, Bukan Gulingkan Gubernur

Pendekatan kesehatan menekankan pentingnya dukungan psikososial bagi pekerja migran. Program konseling, komunitas sesama pekerja, hingga akses layanan kesehatan jiwa bisa menjadi solusi konkret.

Example 728x250
banner 200x800
banner 728x90

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Example 728x250

Jangan Copy Paste Tanpa Izin