“Ucapan terima kasih saya yang tulus juga saya tujukan kepada negara-negara Arab dan Afrika yang secara konsisten menyatakan dukungan tanpa syarat bagi Sahara Maroko,” kata Raja.
Meskipun menyambut positif perkembangan tersebut, Raja menegaskan bahwa Maroko tidak memandang situasi ini sebagai kemenangan atas pihak lain. Ia menyerukan penyelesaian damai tanpa pemenang atau pecundang, dengan tetap menjaga martabat semua pihak.
“Saya memohon dengan tulus kepada saudara-saudara kita di kamp Tindouf untuk memanfaatkan kesempatan bersejarah ini agar dapat berkumpul kembali dengan keluarga mereka, serta turut membangun masa depan dalam Maroko yang bersatu,” imbuhnya.
Dalam bagian akhir pidatonya, Raja Mohammed VI juga menyerukan dialog persaudaraan dengan Presiden Aljazair Abdelmajid Tebboune, guna membangun hubungan baru yang didasarkan pada kepercayaan dan kerja sama antar-tetangga. Ia pun menegaskan kembali komitmen untuk menghidupkan kembali Uni Maghreb, dengan prinsip saling menghormati dan integrasi di antara lima negara anggotanya.
Raja menutup pidatonya dengan penghormatan kepada para pahlawan Pawai Hijau, Angkatan Bersenjata Kerajaan, serta arwah ayahandanya, Yang Mulia Raja Hassan II, sebagai tokoh yang telah meletakkan dasar persatuan dan kedaulatan Maroko.
“Semoga Allah merahmati para martir bangsa yang telah berjuang menjaga keamanan dan stabilitas negeri ini,” tutup Raja.
(PERSISMA/Red)












