Scroll ke bawah
banner 325x300
banner 160x600
banner 160x600
Example 728x250
Seni & Budaya

Sedekah Laut di Pantai Selatan Jawa: Syukur, Harmoni, dan Nafas Bahari Nusantara

23
×

Sedekah Laut di Pantai Selatan Jawa: Syukur, Harmoni, dan Nafas Bahari Nusantara

Sebarkan artikel ini
Foto Ilustrasi
Example 728x250

ELTV SATU ||| SENI BUDAYA – Sedekah Laut—dikenal pula sebagai hajat laut, nadran, atau labuhan—adalah salah satu tradisi maritim paling hidup di pesisir selatan Jawa. Di sepanjang garis pantai dari Banten hingga Jawa Timur, komunitas nelayan menggelar doa bersama, mengarak hasil bumi dan tumpeng, lalu melarung sesaji ke laut. Intinya sederhana namun kuat: ungkapan syukur atas rezeki laut, permohonan keselamatan, serta pengikat solidaritas sosial. Tradisi ini tak hanya merawat hubungan manusia dengan alam, tetapi juga menjadi panggung identitas budaya pesisir yang terus berdialog dengan zaman. Banyak daerah menggelarnya pada Tahun Baru Jawa/Islam (1 Sura/Muharram) atau hari pasaran tertentu seperti Kamis Wage–Jumat Kliwon, sesuai penanggalan lokal.

Jejak sejarah dan persebaran

Dokumen akademik dan catatan pemerintah daerah menunjukkan Sedekah Laut telah berlangsung turun-temurun dan berakar pada kebiasaan syukuran nelayan. Di Cilacap, misalnya, upacara dilakukan setiap bulan Sura, bertepatan dengan Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon; prosesi puncaknya adalah larung jolen—miniatur rumah/perahu berisi sesaji—ke Samudra Hindia. Tradisi ini sekaligus ajang doa meminta keselamatan bagi nelayan dan keluarganya.

Pasang Iklan Disini Scroll ke Bawah
idth="300"
Scroll ke Bawah

Di Pangandaran (Jawa Barat), hajat laut dilaksanakan rutin oleh komunitas pesisir; selain doa dan arak-arakan, terdapat pelarungan dongdang/jempana berisi hasil bumi. Seiring waktu, perayaan ini juga menjadi magnet pariwisata daerah—tanpa meninggalkan makna utamanya sebagai syukur kepada Yang Maha Kuasa.

Baca Juga :  Melodi dari Kuningan Jejak Filosofi Talempong Gamelan

Sedekah Laut bukan monopoli dua wilayah itu saja. Di Bantul (DIY), masyarakat mengenal istilah labuhan—dengan rangkaian doa di Cepuri Parangkusumo sebelum pelarungan. Di Pemalang (Jawa Tengah), Sedekah Laut Asemdoyong bahkan telah diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Indonesia, menegaskan nilai pentingnya bagi identitas lokal.

Ragam nama, satu napas makna

Nama boleh berbeda—Sedekah Laut (Cilacap), Hajat Laut (Pangandaran), Labuhan (Bantul), Nadran (Cirebon dan pantura)—namun inti pesannya sama: rasa syukur, penghormatan pada laut, dan permohonan keselamatan. Variasi istilah sering berkaitan dengan bahasa daerah (Jawa/Sunda) serta sejarah kebudayaan setempat. Sejumlah daerah menambah unsur kirab budaya (gending, wayang, reog, topeng) dan bazar rakyat untuk merayakan kebersamaan. Penyesuaian-penyesuaian modern ini memperkaya ekspresi tanpa mengaburkan fondasi ritualnya.

Prosesi umum: dari darat ke samudra

Masing-masing daerah punya detail berbeda, tetapi skema umumnya serupa:

  1. Persiapan & doa
    Warga, sesepuh adat, tokoh agama, dan nelayan menyiapkan sesaji: tumpeng, hasil laut, hasil bumi, aneka jajanan, bunga, dan perlengkapan simbolik. Di Bantul, doa sering dilakukan di Cepuri Parangkusumo, yang dianggap titik sakral sebelum prosesi menuju laut.

  2. Kirab budaya
    Sesaji utama ditempatkan dalam jolen (Cilacap) atau dongdang/jempana (Pangandaran) lalu diarak dari balai/pedopo menuju pantai, diiringi kesenian tradisional. Di Cilacap, jolen kerap diberangkatkan dari Pendopo Wijayakusuma menuju Teluk Penyu—rangkaian yang menegaskan keterhubungan antara pusat pemerintahan lokal dan komunitas nelayan.

  3. Pelarungan ke laut
    Puncak ritual adalah membawa sesaji ke tengah laut dan melarungkannya. Momen ini sarat simbol: melepas beban, mengirim doa, dan memperbarui janji merawat laut. Di berbagai tempat, jumlah jolen/dongdang ditentukan adat—di Cilacap, misalnya, terdapat jolen tunggul (utama) yang menyimbolkan doa kolektif seluruh masyarakat.

  4. Kenduri & hiburan rakyat
    Usai pelarungan, masyarakat bersantap bersama (kenduri) dan menikmati hiburan rakyat. Banyak daerah memadukan ritual dengan festival kuliner/UMKM serta pertunjukan seni untuk memutar roda ekonomi lokal.

Simbol dan penafsiran

  • Jolen/dongdang/jempana: miniatur tempat sesaji, melambangkan “rumah” doa kolektif yang dihanyutkan agar menyatu dengan samudra—sumber rezeki.

  • Tumpeng dan hasil bumi: puncak tumpeng menandai harapan, sementara ragam isi menegaskan keseimbangan darat–laut.

  • Doa bersama: menunjukkan bahwa Sedekah Laut bukan “pemujaan laut”, melainkan syukur dan permohonan keselamatan kepada Tuhan, sebagaimana ditekankan narasi-narasi lokal dan pemberitaan setempat.

Dalam literatur akademik, ada pula pembahasan mengenai akulturasi: sebagian komunitas menafsir tradisi ini sebagai bentuk penghormatan simbolik kepada “penguasa laut selatan”, namun praktik modern umumnya menegaskan orientasi tauhid—syukur dan doa kepada Tuhan—seraya menjaga warisan leluhur dalam bingkai budaya.

Fungsi sosial: gotong royong yang menubuh

Sedekah Laut menghidupkan gotong royong. Persiapan melibatkan nelayan, petani, pedagang, ibu-ibu PKK, pemuda karang taruna, hingga pemerintah desa/kabupaten. Roda sosial berputar: warga bergotong royong mengumpulkan dana, mempersiapkan logistik, melibatkan seniman lokal, dan memastikan keamanan acara. Selain memperkuat jaringan sosial, tradisi ini menjadi sarana pendidikan budaya antargenerasi—anak-anak belajar “cara menjadi warga pesisir” yang menghormati alam dan tetangga.

Ekonomi & pariwisata: antara peluang dan kehati-hatian

Ritual yang semula bersifat internal komunitas nelayan kini banyak dikemas sebagai festival. Dampaknya terasa nyata: hunian penuh, pedagang laris, jasa sewa perahu/parkir naik, dan liputan media mengangkat citra destinasi. Kajian tentang Hajat Laut Pangandaran mencatat pergeseran fungsi—dari ritual murni menjadi juga daya tarik wisata—yang jika dikelola baik justru memperkuat pelestarian. Tantangannya, komersialisasi jangan sampai menggeser makna inti dan menyingkirkan pelaku adat. Kuncinya ada pada keterlibatan komunitas dan pembagian manfaat yang adil.

Example 728x250
banner 200x800
banner 728x90

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Example 728x250