“Kyai mempunyai jasa besar terhadap negara ini. Pada tanggal 22 Oktober 1945, fatwa Resolusi Jihad pun disampaikan. Dalam agresi militer Belanda, yang membunuh Jenderal Mallaby itu adalah santri,” ujar KH. Aziz Hakim dalam sambutannya.
Pasang Iklan Disini Scroll ke BawahScroll ke Bawah
Sementara itu, Ketua Tanfidziah MWC NU Kecamatan Panguragan, KH. Mustahdi Amin, menyampaikan bahwa Hari Santri merupakan momentum untuk mengenang jasa para kiai dan santri dalam mempertahankan kemerdekaan serta keutuhan NKRI.
“Pada masa itu, TNI baru berusia tiga bulan dan belum siap berperang. Jenderal Sudirman kemudian sowan kepada Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari untuk meminta fatwa tentang hukum membela tanah air. Beliau memfatwakan bahwa membela tanah air hukumnya fardhu ‘ain. Dari sinilah semangat jihad dan cinta tanah air para santri berkobar demi tegaknya Indonesia merdeka,” tuturnya.
Kegiatan refleksi ini juga mendapatkan dukungan dari Pemerintah Kabupaten Cirebon sebagai bentuk sinergi antara pemerintah dan kalangan pesantren dalam meneguhkan nilai-nilai kebangsaan serta memperkuat peran santri dalam pembangunan masyarakat.
Momentum Hari Santri diharapkan mampu meneguhkan kembali komitmen kebangsaan para santri dalam menjaga nilai-nilai keislaman yang rahmatan lil ‘alamin serta memperkuat kontribusi santri dalam membangun peradaban bangsa yang berkeadaban dan berkemajuan.
(RC-FJR-MUKHYI)


















