Scroll ke bawah
banner 325x300
banner 160x600
banner 160x600
Example 728x250
Lifestyle & Hiburan

Tiga Anak dan Ayah Tiri di Tengah Kebencian

141
×

Tiga Anak dan Ayah Tiri di Tengah Kebencian

Sebarkan artikel ini
Foto Ilustrasi
Example 728x250

ELTV SATU ||| CERPEN – Surya menikahi Cahya ketika usianya 27 tahun, sementara Cahya sudah 39. Pernikahan mereka kini telah berjalan selama 15 tahun, penuh dinamika yang tak terlihat dari luar. Cahya membawa tiga anak dari pernikahan sebelumnya: Maya, gadis remaja yang kuat dan dominan; Guruh, remaja yang bijak dan mulai menilai dunia sendiri; dan Guntur, bocah yang pendiam namun emosinya dalam dan mudah terbentuk oleh pengaruh kakaknya.

Seiring waktu berjalan, intrik mulai mengintai rumah itu. Maya tumbuh menjadi sosok yang memegang kendali atas persepsi adik-adiknya. Ia menanam benih ketidakpercayaan dan kebencian terhadap Surya, yakin bahwa Surya adalah ancaman bagi keluarga mereka. Guruh sempat terpengaruh, tetapi ketenangan dan rasionalitasnya membuatnya perlahan bisa melihat kebaikan Surya. Guntur, yang lebih muda, tetap terjerat bayangan kebencian yang ditanam Maya sejak lama.

Pasang Iklan Disini Scroll ke Bawah
idth="300"
Scroll ke Bawah

Suatu sore, Maya duduk di atas tempat tidur, menatap Guruh dan Guntur yang sedang bermain di lantai. Nada suaranya lembut tapi penuh tekad saat ia mulai menanam rasa curiga.

Baca Juga :  Ke Mana Perginya Cinta di Usia Senja? Iya Ada Namun Berubah Bentuk

“Lihat, Surya itu bukan orang baik,” katanya pelan, tetapi mata dan ekspresinya tajam, memastikan kata-katanya terserap. “Dia hanya berpura-pura baik supaya kita semua menurutinya.”

Guntur mengerutkan dahi, rasa curiga yang sempat samar kini mulai muncul. “Memangnya dia jahat apa, Maya?”

Maya menggeleng, seolah menahan amarah yang terkumpul. “Kamu belum lihat semua sikapnya. Kadang dia terlihat sabar, tapi itu cuma cara menipu hati kita. Dia ingin menguasai ibu dan kita, membuat kita semua ikut menurut.”

Guruh yang lebih tua tampak ragu. Ia menunduk, mencoba menimbang kata-kata kakaknya. “Tapi… kadang dia juga membantu ibu, kan?”

Maya menatap Guruh dengan tajam, mencoba menancapkan keyakinannya. “Itu cuma trik. Dia ingin membuat kita percaya padanya supaya kita lengah. Jangan sampai kalian lupa, aku sudah lama melihat sikapnya, dan kalian harus hati-hati.”

Baca Juga :  Fenomena Aneh Laut Jawa: Benarkah Ada Segitiga Bermuda Indonesia

Guntur memeluk lututnya, rasa benci yang perlahan tumbuh kini terasa nyata. “Aku tidak mau seperti itu… tapi aku mulai tidak suka padanya,” gumamnya.

Maya tersenyum tipis, puas. Ia menepuk bahu Guntur. “Bagus. Kalian harus ingat, keluarga itu penting. Dan kita harus waspada supaya Surya tidak mengambil alih semuanya. Kalau kalian bersamaku, kita tidak akan pernah kalah.”

Di sisi lain rumah, Cahya menyadari ketegangan yang muncul. Ia tahu Maya sedang menanam kebencian, tapi ia tidak ingin langsung menegur dengan keras, takut membuat konflik lebih parah. Dengan lembut, ia masuk ke ruang itu dan menenangkan anak-anaknya. Ia menatap Surya yang duduk diam di ruang tamu, hati penuh keyakinan bahwa suaminya telah menunjukkan kebaikan dan kesabaran.

Baca Juga :  Waktu Lomba Menulis Bertema “Pengalaman Buruk dengan Polisi Indonesia” Diperpanjang Hingga 15 Desember 2025

Surya sendiri tetap sabar. Ia tahu, tidak ada paksaan yang bisa memaksa Maya atau Guntur membuka hati mereka. Setiap hari adalah ujian: menghadapi penolakan Guntur yang masih membenci, kecerdikan manipulatif Maya, dan membangun ikatan dengan Guruh yang mulai menilai segala sesuatu dengan lebih rasional.

Maya merasa puas dengan pengaruhnya. Setiap kata yang ia ucapkan, setiap keraguan yang ia tanam, semakin memperkuat posisinya dalam rumah. Namun, perjalanan itu masih panjang. Guruh masih ragu, Guntur masih membenci, dan Surya terus bersabar, menunggu saat hati anak-anak Cahya terbuka. Dalam bayang-bayang kebencian yang tersembunyi, Surya tetap berdiri, menantikan hari ketika kasih sayang bisa mengalahkan manipulasi, dan keluarga ini bisa menemukan keseimbangan yang selama ini dirindukan. (BERSAMBUNG)

Example 728x250
banner 200x800
banner 728x90

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Example 728x250

Jangan Copy Paste Tanpa Izin